Pages

Rabu, 12 September 2012

KISRUH FUTSAL DI PON


KISRUH PON, DICABANG FUTSAL

Sedih…
Itu yang gw rasakan saat ini, bukan karena NTT (tim yang gw latih) sudah tidak bermain karena gagal kebabak selanjutnya. Tapi karena penyelenggaraan PON cabor futsal yang banyak masalah.

1.Kesiapan Venue
Hingga pertandingan digelar, praktis hanya lapangan dan tribun serta media center yang cukup lumayan. Bahkan sebetulnya tribun pun belum disentuh kuas cat sedikit pun, sehingga debu ada dimana-mana.

2. Konflik PSSI dengan PB PON
Masalah  di sepakbola soal keabsahan tim sepakbola Kalsel yang didiskualifikasi saat Pra PON karena menggunakan pemain professional berbuntut panjang, Kaltim yg sedianya menggantikan Kalsel menuntut bermain di PON sedang tim Kalsel sudah datang di Riau. PSSI dan PB PON berbeda pendapat dan PB PON mengusir Saleh Mukadar (PSSI) dari Riau. Buntut konflik merambah ke futsal, PSSI MENARIK SELURUH PERANGKAT PERTANDINGAN SEPAKBOL A DAN FUTSAL. Padahal saat itu futsal sudah menggelar 6 pertandingan.

3. Kualitas panitia dan wasit pengganti dari KPSI.
Karena mendadak pemanggilan wasit pengganti membutuhkan waktu 2 hari, yaitu Jum’at dan Sabtu, hal itu membuat pertandingan tertunda 2 hari. Kualitasnya pun pas-pasan, bahkan adabeberapa wasit menggunakan baju wasit ISL (INDONESIAN SUPER LEAGUE). Sungguh miris dan hal tersebut terlihat pada keputusan-keputusan yang diambil.

4. Didiskualifikasinya Sumsel.
Ini yang paling ramai, karena pertandingan terakhir di grup antara Sumsel dan Jateng menimbulkan banyak kontroversi, Tely (kipper timnas futsal) yang membela Sumsel seharusnya tidak bermain karena 2 kali terkena kartu kuning di pertandingan pertama dan kedua.Sesuai peraturan seharusnya tidak boleh bertanding.

Kebetulan gw nonton pertandingannya 5 menit mau abis babak pertama. Tely belum main saat itu, baru kipper keduanya aja. Namun tiba-tiba babak kedua Tely main (Tely bilang disuruh main sama manajer Sumsel, karena kartu kuningnya dipertandingan pertama ga dihitung) dalam kasus ini gw ga menyalahkan Tely, karena dia hanya pemain yang mendapat instruksi.

Tapi yang gw sesalkan kenapa setelah pertandingan baru terjadi protes, pertandingan sendiri berakhir 3-3 yang membuat Sumsel lolos sebagai runner up dibawah Gorontalo. Jateng protes, dan dikabulkan oleh panitia pertandingan futsal.

Sumsel marah, Tely ngamuk…
gw ngerti perasaan Sumsel dan Tely, tapi harus dijadiin pelajaran juga bahwa kita harus siapkan bukti-bukti yang kuat untuk meyatakan bahwa “kartu kuning pertandingan pertama yg dipimpin wasit PSSI” tidak berlaku.

Kalau hanya lisan gw rasa sulit dibuktikan kecuali ada rekaman suara.
Pelajaran juga buat kita semua dalam meghadapi situasi seperti tadi.

SAVE FUTSAL INDONESIA PLEASE J

0 comments:

Posting Komentar